Saat berwisata kuliner, kadang restoran mewah menjadi salah satu
tempat yang dituju. Entah karena memang diundang makan di sebuah
restoran mewah ataupun Anda ingin mencoba sendiri.
Nah, wine
menjadi pilihan minuman saat menyantap hidangan di restoran mewah
ataupun restoran berkonsep fine dining. Tips berikut cocok jika menyesap
wine menjadi pengalaman pertama kali bagi Anda.
Tips disampaikan
Eddy Sugiri, seorang ahli wine dan principal dari The Peak Connoisseurs
Bandung, saat melakukan presentasi di Wine Class pada saat acara “ME
TIME” yang diselenggarakan GH Universal Hotel Bandung baru-baru ini.
Jenis wine.
Wine merupakan minuman beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis
Vitis vinifera yang biasanya hanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat
lintang utara dan selatan. Umumnya, orang mengenal dua jenis wine yaitu
red wine (anggur merah) dan white wine (anggur putih).
Nyatanya,
jenis wine bermacam-macam, mulai dari red, white, rose, sweet,
fortified, dan sparkling. Rose wine kadang disebut juga sebagai pink
wine. Sementara sparkling wine mengandung gelembung, misalnya champagne.
Eddy mengungkapkan dari warna saja seseorang dapat mengetahui jenis
wine maupun jenis anggurnya.
Jenis anggur. Jenis
anggur untuk red wine terdiri dari Cabernet Sauvignon, Shiraz atau
Syrah, Merlot, dan Pinot Noir. Pinot Noir sendiri memiliki aneka jenis
seperti Cabernet Franc, Barbera, Dolcetto, Gamay, dan lain-lain.
Sementara
untuk jenis anggur white wine antara lain Chardonnay, Riesling,
Sauvignon Blanc, Chenin Blanc, dan Semillon. Semillon juga memiliki
beberapa jenis seperti Gewürztraminer, Muscat, Viognier, Gruner
Veltliner, Pinot Blanc, dan lain-lain.
Wine mahal berarti wine enak? Menurut
Eddy Sugiri, hal ini merupakan anggapan salah. Sebab, wine berhubungan
dengan selera. Ia menuturkan wine tergantung dari kecocokan. Wine sangat
tergantung dari lidah, pengalaman, dan preferensi seseorang.
“Belum
tentu botol seharga 30 juta bisa kita nikmati,” ungkap Eddy.
Ia
menuturkan menikmati wine adalah menikmati kekompleksitasan rasa dan
aromanya. Hal itu berarti adanya keseimbangan antara asam, sepet, pahit,
manis, sampai asin. Wine yang baik adalah wine yang seimbang dan
mengalami proses pendewasaan. Makin kompleks rasa suatu wine, maka
harganya pun semakin mahal.
Menilai wine. Wine
dapat dilihat atau dinilai dari warna, aroma, kompleksitas, keseimbangan
(balance), dan after taste. Kualitas wine yang menurun dapat dinilai
dari perubahan warnanya. Hal yang sama berlaku pula dari aroma dan
kompleksitas serta keseimbangan rasa. Sementara after taste merupakan
cita rasa yang tertinggal setelah cairan wine diteguk.
Kelompok produsen wine. Sesuai
peta produsen wine, wine dibagi menjadi dua kelompok produsen yaitu old
wine country dan new wine country. Old wine country merupakan
pemain-pemain lama seperti negara Perancis, Italia, Spanyol, Polandia.
Sedangkan
new wine country seperti negara Afrika Selatan, California, Kanada, dan
Australia. Para pemain baru ini sebenarnya berasal dari pemain-pemain
lama. Tiga puluh tahun yang lalu para pemain lama berimigrasi ke
negara-negara baru tersebut dan melakukan penyilangan antara bibit
anggur dari negara-negara lama dan anggur di negara baru. Sehingga rasa
wine menjadi begitu kaya.
Ada pula tropical wine atau wine berasal
dari negara-negara tropis. Rasa tropical wine tidak terlalu kompleks.
Cenderung kuat di aroma dan lemah di after taste. Negara-negara yang
masuk dalam tropical wine adalah Thailand, India, dan Indonesia.
Wine untuk pemula. Sebaiknya
mulailah dengan mencoba wine aromatik dan manis. Pilih wine yang ringan
dan tidak pekat. Hindari langsung mencoba red wine dengan vintage (usia
produksi) yang tua dan pekat. Misalnya untuk white wine, cobalah wine
jenis muscat. Untuk red wine bisa mencoba Pinot Noir jenis Dolcetto.
Atau, coba saja blend (gabungan) antara Shiraz dan Pinot Noir jenis
Dolcetto yang agak manis.
Anda bisa juga mencoba tropical wine.
Pilih tropical wine yang manis seperti muscat. Wine jenis ini tidak
memiliki kompleksitas rasa yang tinggi. Rasa buah tropis yang dominan
namun asam. Aroma buahnya cukup intensif tetapi cenderung hilang saat
diminum.
Keuntungannya, jenis wine ini cocok dipadukan dengan
makanan Indonesia yang cenderung berempah dan pedas. Memadukan kuliner
Indonesia dengan wine tropis sangat mudah, karena wine tropis tidak
memiliki after taste yang kuat.
Memilih wine yang cocok untuk makanan. Ada
beberapa trik untuk memadukan wine dengan makanan yang akan disantap.
Anda bisa saja meminta rekomendasi dari sommelier (ahli wine). Tak perlu
malu untuk mengakui bahwa Anda tidak terbiasa meminum wine, sehingga
sommelier dapat mencarikan wine yang cocok untuk Anda.
Menurut
Eddy, rumus lama dalam memasangkan wine dengan makanan adalah “white
goes with white and red goes with red”. Hal ini berarti white wine cocok
dengan daging putih, sementara red wine cocok dengan daging merah.
Misalnya
untuk steak sapi cocok dengan red wine jenis Shiraz dan Merlot.
Sedangkan seafood seperti ikan cocok dengan white wine jenis Chardonnay
dan Semillon. Ikan juga cocok dengan Pinot Noir. Sebab, Pinot Noir encer
dan kompleksitas rasanya yang elegan, sehingga cocok dengan ikan yang
halus dan cenderung terasa polos.
Sedangkan untuk ayam bisa
dipadukan dengan white wine jenis Chardonnay dan Sauvignon Blanc. Namun,
perlu diingat pemilihan wine bisa berubah tergantung teknik pengolahan
maupun saus yang digunakan untuk ayam. Misalnya ayam goreng cocok dengan
red wine jenis Shiraz dan Merlot.
Gelas wine. Gelas
wine yang baik didesain sedemikian rupa untuk sehingga membuat aroma
wine terjebak. Red wine jenis full bodied yang pekat, sebaiknya
disajikan pada temperatur 17 derajat celcius. Semakin bidang gelas wine
yang dipakai, semakin mudah beradaptasi dengan temparatur. Temperatur
ini mempengaruhi dari rasa dan aroma wine, sehingga sebaiknya memakai
gelas wine yang tidak terlalu lebar.
Memegang gelas wine. Peganglah
gelas wine pada tangkainya. Jika Anda perhatikan, gelas wine memiliki
tangkai yang panjang dengan wadah membulat seperti telur. Ada alasan
mengapa Anda harus memegang gelas wine pada tangkainya.
Hal ini
agar menjaga temperatur dari wine di dalam gelas. Jika Anda memegang
langsung pada wadah gelas, suhu tubuh yang disalurkan melalui tangan
dapat mengubah temperatur wine.
Putar-putar wine. Setelah
wine dituang, lakukan aerasi atau proses memutar wine. Pegang gelas
wine ditangkai lalu putar-putar. Jangan takut tumpah, karena gelas wine
yang baik akan menahan wine agar tidak keluar dari gelas.
Jika
Anda belum terbiasa, letakkan gelas di meja. Lalu usap-usapkan dasar
gelas ke meja dengan gerakan melingkar, sampai membuat wine ikut
berputar. Aerasi penting untuk melepas aroma yang terjebak di dalam
wine. Tak percaya, bandingkan saja aroma wine yang tidak melalui proses
airasi dengan wine yang sudah diputar.
Proses aerasi bertujuan
untuk memasukkan udara ke molekul cairan wine. Ketika udara masuk, aroma
wine yang sebenarnya akan dilepaskan. Lakukan aerasi baik pada red wine
maupun white wine.
Saat wine berada di dalam botol, wine
berfermentasi lanjutan. Walau fermentasi dalam intensitas rendah karena
hanya menerima udara yang terjebak di leher botol. Ketika crocs (tutup
botol wine) terbuka dan udara bebas masuk ke dalam botol, wine seakan
mulai bernafas.
“Biarkan wine bersentuhan dengan oksigen supaya aroma dan cita rasa dia ‘bangun’,” tutur Eddy.
Nikmati warnanya. Lakukan
tilt atau memiringkan gelas wine untuk dapat mengamati warna dari wine.
Sebaiknya arahkan ke cahaya atau di latar belakang taplak putih untuk
dapat melihat kepekatan warna wine.
Mengamati warna red wine yang
merah ke jingga atau merah ke ungu, adalah bagian dari menikmati wine.
Sama juga dengan white wine, amati pula warnanya. Warna white wine yang
cenderung kekuningan.
Cium aromanya. Sama seperti
warna, menikmati wine berarti termasuk menikmati aromanya. Oleh karena
itu, setelah proses aerasi, ciumlah aroma wine yang semerbak. Jika
berkesempatan mencoba beberapa wine dalam satu waktu, bandingkan aroma
setiap wine.
Sensasi aroma white wine maupun red wine pun sangat
berbeda. Dari aroma ini, Anda bisa mengetahui apakah wine sudah
mengalami fermentasi yang lama atau tidak. Sehingga Anda bisa mengenali
apakah wine masih berkualitas baik atau tidak. Misalnya aroma alkohol
yang tercium begitu kuat, maka kualitas wine sudah menurun.
Meminum wine.
Jangan meminumnya sekali teguk. Sesap sedikit wine lalu bawa cairan ke
atas dan bawah lidah. Kemudian tarik sedikit udara dari mulut agar
terjadi bubble (gelembung) di bawah lidah. Jadi lakukan seperti
menyeruput cairan dan bawa menyebar ke seluruh lidah agar membangkitkan
indra perasa lidah.
Bagikan secara merata di lidah untuk
mendapatkan konsentrasi penuh dari semua cita rasa wine, mulai dari rasa
manis, asam, hingga pahit. Kemudian tahan sebentar di kerongkongan
untuk mendapatkan sensasi after taste dari wine.
Minum sendiri atau ramai-ramai?
Botol wine yang sudah dibuka dapat kembali ditutup dan dimasukkan ke
dalam kulkas untuk menjaga rasa dan aromanya. Namun wine tersebut hanya
bisa dinikmati maksimal 3 hari.
Apalagi jika wine dalam botol
tersebut tersisa sedikit, maka wine akan semakin cepat berfermentasi.
Sebaiknya, jangan sisakan wine di dalam botol. Oleh karena itu,
disarankan menikmati wine secara beramai-ramai.
Manfaat wine. Eddy
menuturkan beberapa manfaat dari wine. Antara lain meningkatkan daya
ingat, membangun kekebalan tubuh dan tulang lebih baik, meningkatkan
Kolesterol baik (HDL) dan menurunkan kolesterol jahat (LDL), dan
mengurangi pembentukan gumpalan darah dan radang pembuluh darah.
Selain
itu, antioksidan reseveratrol dalam wine mampu menghambat pertumbuhan
sel kanker hati dan mengurangi risiko kanker ovarian. Sedangkan
kandungan Fenolat dalam wine dapat mengurangi resiko penyakit jantung,
serta untuk para pria dapat menghambat pertumbuhan kanker prostat dan
sebagai anti aging.
Pantangan minum wine. Walau
memiliki sisi manfaat, ada pula pantangan bagi seseorang untuk minum
wine. Wanita hamil tidak dianjurkan untuk minum wine. Begitu pula
penderita sakit liver, diabetes, alergi, dan asma. Jika Anda sedang
mengonsumsi antibiotik, maka disarankan untuk tidak minum wine.